BAB 1. PROLOG

"Sudah terlihat rapi, Bu? "
Tanganku masih sibuk melipat lengan kemeja biru polos, berputar melihat belakang celana kain hitam yang takut terlihat kusut dan sudah 20 menit setelah shalat Dzuhur aku mematung depan cermin, ini menjadikan rekor terlama bercermin seumur hidupku.
Ibu datang dengan tersenyum, mengelus bahu seraya merapikan kemeja, lalu mengangguk tanda mengiyakan pertanyaanku tadi.
"Ayo temui dulu Bapak kamu, Ibu sudah bersalaman tadi"
Ya Ibu dan Bapakku sudah bercerai 4 tahun yang lalu dan sudah 2 tahun ini saya tinggal sendiri disebuah rumah type 36 perumahan subsidi pemerintah dengan cicilan 20 tahun dan ini merupakan hasil kerjaku di sebuah kantor periklanan.
Aku anak sulung dari dua bersaudara, adikku perempuan bernama Aprilia Diyati dan 4 tahun ini tinggal bersama Ibuku, alasan bahwa dia masih sekolah menjadi faktor dia ikut Ibu, dan aku ikut Bapak, karena meskipun aku dan adikku sangat dekat dengan Ibu, tapi aku memilih menemani bapak.
Selama 4 tahun ini Ibu dan Bapak masih sering bertemu untuk mengurus perceraian mereka, sebagai Aparatur Negara proses perceraian mereka memang harus melewati kerumitan administrasi, Ibuku seorang guru Sekolah Dasar, sedangkan Bapak seorang Staf di Dinas Pendidikan Pemerintah Daerah.
Aku keluar kamar dan menghampiri Bapak, dia sedang duduk merokok dipojok ruang tamu, aku mencium tangan dan pipinya, " Sehat A?" "Alhamdulillah sehat, Bapak gimana?" Tanyaku balik
"Sehat A" dan dia melanjutkan merokok.
Dingin, cuek tapi aku tahu dia sangat mencintai aku, adikku dan Ibuku.
Dan tidak ada alasan aku untuk tidak menimati hari ini, keluarga, sahabat dan rekan kerja sudah berkumpul di rumah, mengucapkan selamat dan siap mengantarku hari ini.
Aku melajukan mobil paling depan, sedan baleno matic hitam keluaran tahun 2002, dipinggir ada April, Ibu dan Bapak dibelakang yang sedari awal berangkat tak saling mengobrol, entah apa yang ada dipikiran meraka masing-masing, kenangan manis ketika mereka masih bersama, atau pertengkaran yang membuat mereka akhirnya harus berpisah.
"Rike orang yang baik, A. jangan disakitin ya" April mulai bersuara memecah keheningan yang kaku sedari tadi.
"Lah, kapan A nyakitin perempuan, yang ada selama ini disakitin terus kan?" aku menjawabnya
"Iya tahu, kan nasib lelaki berwajah pas-pasan emang kaya gitu" Canda April sambil tertawa keras
Ibu dan Bapak masih diam dan tidak peduli perbincangan kita
"Lalu, Kirana sudah benar-benar pergi dalam ingatan, A"
Aku diam tak menjawab April, lalu teringat akan sosok perempuan yang pernah singgah lama dalam hati ini, ya Kirana. sudah 2 tahun sejak terakhir aku masih berkomunikasi dengannya dan sejak menuruti permintaannya untuk meninggalkannya, Kirana sudah tidak ada kabar yang bisa aku dengar secara langsung darinya.
Namaku Fachrizal Zaffran Khairy dan hari ini aku bertunangan dengan Rike kekasihku.

Komentar